Beberapa ahli konstruktivisme yang terkemuka berpendapat bahwa pembelajaran yang bermakna itu bermula dengan pengetahuan atau pengalaman setiap murid. Setiap orang murid mempunyai peranan dalam menentukan apa yang akan mereka pelajari. Penekanan diberikan kepada murid dengan peluang untuk membentuk kemahiran dan pengetahuan dimana mereka menghubungkan dan mengaitkan pengalaman lampau mereka dengan kegunaan masa depan. Murid bukan hanya dibekalkan dengan fakta-fakta saja, sebaliknya penekanan diberikan kepada proses berfikir dan kemahiran berkomunikasi. Selepas satu segi perbincangan, murid bersama-sama menentukan perkara penting yang harus dipelajari dan tujuan mempelajarinya.
Dalam paradigma konstruktivisme, murid menganggap peranan guru sebagai salah satu sumber pengetahuan dan bukan sebagai seorang yang tabu segala-galanya. Mereka menganggap pengetahuan sebagai sesuatu yang boleh disesuaikan dan boleh berubah. Mereka juga sadar bahwa mereka bertanggung jawab terhadap diri sendiri untuk menggunakan berbagai cara dalarn menyelesaikan masalah. Dalam arti lain, guru berperan sebagai seorang fasil itator dan pembimbing. Guru bertanggung jawab membimbing dan membantu murid mempelajari sesuatu pelajaran dengan bermakna. Guru tidak boleh belajar untuk murid tetapi murid yang membina pemahamannya sendiri.
Menurut Admin (2007), konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan adalah bentukan (konstruksi) kita sendiri (von glaserfeld). Pengetahuan bukan tiruan dari realitas, bukan juga garnbaran dari dunia kenyataan yang ada. Pengetahuan merupakan hasil dari konstruksi kognitif melalui kegiatan seseorang dengan membuat struktur, kategori, konsep dan skema yang diperlukan untuk membentuk pengetahuan tersebut. Sedangkan menurut Rizal (2008), teori konstruktivisme adalah teori yang berpendapat bahwa dalam pembelajaran terjadi melalui suatu proses membangun pengetahuan dan diri siswa yang umumnya dipengaruhi oleh pengajar, materi ajar dan siswa itu sendiri.
Menurut Pannen (2001), prinsip-prinsip konstruktivisme pada perencanaan suatu sistem instruksional antara lain:
Dalam paradigma konstruktivisme, murid menganggap peranan guru sebagai salah satu sumber pengetahuan dan bukan sebagai seorang yang tabu segala-galanya. Mereka menganggap pengetahuan sebagai sesuatu yang boleh disesuaikan dan boleh berubah. Mereka juga sadar bahwa mereka bertanggung jawab terhadap diri sendiri untuk menggunakan berbagai cara dalarn menyelesaikan masalah. Dalam arti lain, guru berperan sebagai seorang fasil itator dan pembimbing. Guru bertanggung jawab membimbing dan membantu murid mempelajari sesuatu pelajaran dengan bermakna. Guru tidak boleh belajar untuk murid tetapi murid yang membina pemahamannya sendiri.
Menurut Admin (2007), konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan adalah bentukan (konstruksi) kita sendiri (von glaserfeld). Pengetahuan bukan tiruan dari realitas, bukan juga garnbaran dari dunia kenyataan yang ada. Pengetahuan merupakan hasil dari konstruksi kognitif melalui kegiatan seseorang dengan membuat struktur, kategori, konsep dan skema yang diperlukan untuk membentuk pengetahuan tersebut. Sedangkan menurut Rizal (2008), teori konstruktivisme adalah teori yang berpendapat bahwa dalam pembelajaran terjadi melalui suatu proses membangun pengetahuan dan diri siswa yang umumnya dipengaruhi oleh pengajar, materi ajar dan siswa itu sendiri.
Menurut Pannen (2001), prinsip-prinsip konstruktivisme pada perencanaan suatu sistem instruksional antara lain:
- Siswa akan lebih mampu mengingat dan memahami sesuatu apabila pelajaran tersebut disusun berdasarkan pola dan logika tertentu.
- Penyusunan materi pelajaran dan sederhana ke komplek.
- Belajar memahami lebih baik dari pada dengan hanya menghafal tanpa pengertian penyajian.
- Adanya perbedaan individual pada diri siswa perlu diperhatikan karena faktor ini mempengaruhi proses belajar siswa.
0 komentar:
Posting Komentar